Lengkong Besar, BPPM – Dekanat FISIP Unpas mengonfirmasi pemutusan jaringan wifi kampus setiap malam bukanlah upaya penerapan jam malam. Pemutusan wifi justru dilakukan karena ada temuan botol miras hingga kondom di kampus.
Melalui Wakil Dekan III FISIP Unpas, Sumardhani, menjelaskan pihak kampus sementara memutus jaringan wifi setiap malam hari untuk mencegah hal serupa terjadi lagi.
“Koneksi wifi dimatikan malam hari bukan karena adanya jam malam, tapi dapat laporan petugas bahwa ada pemuda dari luar kampus yang mesum di kampus saat malam hari,” kata Sumardhani kepada BPPM, Sabtu (1/4).
Selain perilaku mesum, dikatakan Sumardhani, kampus pun kerap dijadikan tempat mabuk-mabukan saat malam hari. Namun dia memastikan pelakunya bukan mahasiswa FISIP Unpas melainkan sejumlah pemuda dari luar kampus.
“Makanya kita sekarang tiap malam mematikan wifi kampus sementara, supaya tidak ada mahasiswa yang kumpul-kumpul dan mencegah perilaku yang tidak diinginkan,” tambahnya.
Sumardhani menambahkan, awalnya oknum pemuda tersebut hanya nongkrong-nongkrong di sejumlah titik kumpul seperti depan SBAP, depan ruang Prodi dan koridor kampus.
Selain Sumardhani, sumber terpercaya BPPM yang enggan disebut nama, pun membenarkan kabar tersebut. Dia mengetahui adanya petugas yang melapor telah menemukan botol miras hingga kondom.
“Benar, katanya petugas baru-baru ini menemukan kondom di toilet dan botol minuman keras di pelataran kampus. Kalau botol miras udah sering,” katanya.
Mahasiswa Rugi
Pemutusan jaringan wifi akibat temuan perilaku menyimpang bukannya tak berdampak kepada mahasiswa. Mahasiswa merasa dirugikan dengan kebijakan kampus dan menganggap pemutusan wifi bukan solusi yang tepat.
Dani Setia (IK’16) mengaku keberatan dengan kebijakan ini. Menurutnya, mahasiswa merasa dirugikan karena telah dibatasi haknya dalam menikmati fasilitas kampus.
“Seandainya ada yang mabuk atau mesum kenapa kampus tidak memanfaatkan CCTV yang telah dipasang supaya turun langsung ketika ada yang dicurigai, dan kenapa pihak keamanan tidak tegas,” katanya.
Pemutusan jaringan wifi setiap malam dianggap bukan solusi yang tepat oleh mahasiswa. Reno Reptri (IK’15), menilai Fakultas seperti terburu-buru dalam mengambil keputusan.
“Bukan solusi, tindakan mesum dan mabuk oleh orang luar bukan berarti salah wifi, tapi pihak keamanan yang tidak bisa mengontrol dengan baik,” katanya.
Reno meminta kampus kembali memikirkan keputusan ini, karena mahasiswa akan merasa dirugikan tidak bisa memanfaatkan jaringan wifi.
“Saya meminta wifi dinyalakan lagi, karena kebutuhan mahasiswa di era digital ini sangat besar. Lebih baik kampus benahi sistem keamanan kampus di malam hari,” ujar Reno. (Jeje)